BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Tuesday, February 1, 2011

Haq Sanubarry Que

Bila bicarakan tentang hak, kadang sukar nak diperjelaskan.. Kali ini bukan aku bicarakan hak seraya makna, tapi hak pada hati dan jiwa manusia.. Aku yakin, benar hampir meliputi segala genap setiap pelusuk dunia, setiapnya punya hak yang terutuh kukuh pada hati.. Hak yang aku sebut2kan inilah yang dinamakan pasangan hidup.. 

Dalam dunia yang fana, keadaan penuh pancaroba, walaupun kan tiba senja akhir zamannya, wawancara hak berpasang-pasangan takkan pudar selamanya, sehinggalah tiba waktu, yang mana insan tiada lagi ikatan perhubungan sesamanya, sebaliknya ikatan HAMBA pada TUHANNYA..

Apa yang ingin aku kongsikan bersama, apa yang ingin aku sampaikn, ceritera kisah hak dan nasib sendiri.. Mungkin sekadar sepintas bicara, maaf pohonan ku andai cetek kefahaman kalian.. Siapalah aku ini, tiadalah lembut jemari menghasil nukilan seni, tiadalah tenang hati tuk kalian memahami, hanya mampu bicara, sekaku kata, sekeras ceritera rasa..

Tercipta manusia, kaum Adam dan Hawa, untuk berpasang2an.. Inilah ungkapan, bukan sekadar ungkapan, tapi hakikat yang perlu ditelan, yang mana aku jua yakin benar, setiap dari kalian, pernah mendengarinya, pernah terbacanya, jua pernah  merasainya.. Begitu jua aku, dulunya bergelar Sang Pujangga, kian lama kembara mencari cintanya..

Kisah bermula, indah seri  taman berteman haruman bunganya.. 2008 Bermulalah waktu, aku bersama Putri Kecil, yang aku sayang selimpah rasa hati.. Seringkali kami bersama, meluang masa, jalani aktivi bersama.. Setiap masa diselimuti rasa gembira, riang girang.. Tak nafikan sehingga saat ini, riang tawanya masih lagi terngiang, gelagat lincah keriangan masih lagi terbayang, walau hakikat, segala hak yang tersimpan, kini dirampas orang.. 

Aku bersandar, sejenak aku titi kembali setiap detik masa, yang ku luang, yang aku habiskan bersama, sikecil manis, Putri yang aku rindui.. Apa silapku, manakah salah ku, hinggakan janji yang dulunya kami patri bersama, ikatan yang dulunya disimpul mati, lenyap dibawa pergi jauh dari pandangan sekeping hati, yang selama ini ku kandung dalam dada sehingga ke hari ini..

Hakikatnya, dialah Sang Putri kecil, kini disamping jejaka pilihannya..

Hakikatnya, dialah Sang Putri, yang dulunya menghiasi rasa hati, yang kini sunyi dibuai sepi..

Hakikatnya, dialah Sang Putri, yang melenyapkan janji, memutuskan simpulan mati..

Hakikatnya, dialah Sang Putri, yang nyata kian jauh meninggalkan pergi..

Hakikatnya, dialah Sang Putri, yang meninggalkan kesan parut di hati ini..

Dialah Sang Putri, yang dulunya adalah hak hati dan jiwa ini.. Segala waktu, masa dan detik yang aku titi, nyata bukanlah silap yang aku temui, tapi sebaliknya aku yang terlalu menyayangi, menjaga, merindu, hinggakan aku bagai berkubur disini.. Selama kami bersama, tak pernah kami bertengkar, Sang Putri Kecil amat menghormati aku, hinggakan segala gerak geri diberitahu, setiap perkara ditanya pendapatku.. Nyata diri terasa amat dihargai, terasa diri ini wujud buat nya, penting padanya..

Namun bila berjauhan, bunga dihidu kumbang yang merantau.. Segala bermula, aku makin tak dihiraukan, tak difahami, tiada lagi dihormati.. Walau aku masih megambil berat, masih bertanyakan, masih berhubung..... Rasa sayang dan rindu, hilang bagai tiada makna.. Aku kembali terkapai, terbuai dihanyutkan rasa hati.. Sayu, gelisah, bercampur bergelumang segala rasa, yang pastinya, aku tidak lagi dalam ketenteraman..

Sang Putri Kecil, yang dulu ku tatang bagai minyak yang penuh, kini pergi meninggalkan segalnya.. Bukan sekadar jauh dari pandangan, tapi jua jauh dari hati yang menuntut hak yang selama ini diperjuang bersama.. Mampukah kalian rasa, mampukah kalian fahami, derita rasa yang aku tanggung.. Setelah sekian lama ku jaga, aku tampung dalam hari sendiri, pertaruhkan segalanya, berkorban itu ini, hanya demi membuktikan kesungguhan serta keikhlasan rasa hati pada Sang Putri.. Yang nyata, kau pergi wahai Putri Kecil ku..

Bertahun aku teruskan sisa rasa hati, tempuhi perjalanan dalam sepi, bertopeng senyuman, beraksi riang.. Melindungi rontaan hati dan jiwa yang masih merintih hak yang dirampas darinya.. Puas ku pujuk, puas aku tabahkan.. Namun tiadalah daya yang termampu..

Perjalanan tetap aku teruskan, disuatu persimpangan terpana mata yang masih berair kemerahan, seorang gadis, hampir sama parasnya dengan Sang Putri, kecil molek, riang juga lincah perwatakan.. Walaupun aku sedar, dia bukanlah Sang Putriku, namun sedikit sebanyak merawat luka yang terpendam.. Lirikan mata, senyuman kian lama kian memukau.. Hati yang dulunya merintih kini bangkit kembali, tanpa aku sedari berpaut pada si gadis..

Hari berselang waktu, bulan mentari silih berganti.. Rasa kian melimpah, memaksa mulut untuk ku luah.. Hati yang berpaut terguris lagi.. Bunga yang mengharum bukan terbiar, sebaliknya mekar di laman orang.. Ku undur selangkah, membataskan diri, kupujuk rasa hati.. Namun apalah daya, hati yang menagih hak kian memberontak, memaksa diri untuk memiliki.. Perlahan lahan aku cuba untuk memenangi, namun sehingga kini aku sendiri gagal tuk memasti situasi..

Dari kejauhan, hanya mampu ku perhati, dan dari sini jualah hati ini cuma mampu merindui.. Segala yang tersembunyi tiada lagi aku selindungi, segalanya telah aku pertaruhkan, telah aku tunjukkan.. Semata-mata nak aku buktikan bahawa rasa hati ini ikhlas dan benar menyayangi.. Namun dia bukan lah hak bagi jiwa dan hati ku.. Tapi hak bagi hati dan jiwa jejaka lain.. Hati aku terusan meronta, bicara bersama jiwa merampas hati yang dipuja..

Dalam kesayuan sebak rasa, aku hanya mampu berpesan “Wahai kau Sang Hati Sang Jiwa, aku jua mengerti rasamu.. Aku pun turut menginginkannya, tapi adakah kita kan puas, adakah kita kan gembira, andai hatinya kita miliki, tapi jiwanya pada yang lain.. Lepaskanlah, bebaskanlah.. Biarlah aku temankan sunyi kalilan, tangis kalian, & derita kalian.. Wahai kau Sang Hati, Kau Sang Jiwa, temanilah aku hingga tiba ajal ku.. Kerna kini bagiku, kalian hak seumur hidupku.. Takkan ada yang merampasnya hingga akhir nafas nadiku..”

Kini Aku, Sang Jiwa, bersama Sang Hati.. Mengatur langkah, merentas bahang kesunyian, menahan dahaga keinginan berteman.. 

0 comments: